SELAMAT DATANG DI BLOG PKBM AR-RIDHO SILIR SOLO, - TIDAK HARUS KAYA UNTUK PEDULI SESAMA _

SEJARAH

SEJARAH BERDIRINYA PKBM. AR-RIDHO
Kenteng adalah sebuah perkampungan kumuh di wilayah kelurahan Semanggi Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta. Pada masa pemerintahan presiden Soekarno kampung tersebut masih sangat kecil karena tempat tersebut dahulunya adalah tanah rawa-rawa. Pada umumnya masyarakat tersebut menempati areal dan belum memiliki sertifikat. Dalam perkembangannya daerah tersebut menjadi sebuah areal yang merupakan tempat untuk prostitusi dengan sebutan Silir, sehingga kampung Kenteng menjadi lebih besar dan banyak penghuninya. Sekitar tahun 1960-an tempat tersebut (Silir) oleh Pemerintah Kota Surakarta justru dijadikan tempat resosialisasi untuk para pekerja seks komersial. Dengan adanya kondisi semacam tersebut berdampak negative bagi kehidupan generasi yang akan datang.


Pada sekitar tahun 1980-an datanglah ulama yang peduli akan kondisi masyarakat kenteng tersebut, sehingga dalam pejalanannya masyarakat setempat mulai lebih mengenal tentang ajaran Islam. Namun untuk melaksanakan kegiatan ibadah, masyarakat setempat belum memiliki sarananya. Pada tahun 1980-an, atas binaan ulama tersebut, ada salah satu warga yang bernama Bapak Hadi Usmanto di kampung Kenteng mengikhlaskan rumahnya untuk dijadikan tempat ibadah (langgar) yang diberi nama langgar Al Kautsar. Walaupun langgar (tempat ibadah) telah berdiri dan masyarakat sudah lebih mengenal agama, akan tetapi kondisi tersebut masih kontradiksi karena justru pada saat itu tempat tersebut oleh Pemerintah Kota daerah Kenteng/Silir dilegalkan sebagai tempat prostitusi. Melihat kondisi semacam ini tidak membuat patah semangat bagi ulama dalam upaya merubah pola kehidupan masyarakat tersebut dan selalu melaksanakan kegiatan dakwah guna meningkatkan kualitas keimanan. Walaupun di daerah tersebut sudah berdiri langgar dan sebagian masyarakat sudah melaksanakan ibadah sholat, namun untuk melaksanakan sholat Jum’at mereka harus ke Masjid Agung Keraton Surakarta. Dengan dilegalkannya Silir sebagai lokalisasi berdapak pada terisolasinya kampung Kentheng, karena kebetulan lokalisasi tersebut berada di kampung Kentheng.

Atas bantuan dari para aghniya/donatur dan relawan dari daerah setempat terus diupayakan agar berdiri bangunan masjid. Sekitar tahun 1985 berdirilah sebuah masjid sebagai pengganti langgar yang diberi nama yang sama yaitu Masjid Al Kautsar, namun bangunan yang berdiri di atas tanah di daerah tersebut belum memiliki sertifikat.
Dalam perkembangannya tanah yang dipakai untuk bangunan masjid tersebut sekitar tahun 1991 telah mendapatkan sertifikat dari BPN dengan Hak Pakai nomor 12 Kel. Semanggi dengan luas tanah 450 m2. Setelah masjid berdiri kehidupan masyarakat didaerah prostitusi belum banyak mengalami perkembangan. Keadaan seperti ini sangat berdampak pada pola kehidupan anak-anak yang dalam kesehariannya melihat secara langsung kehidupan prostitusi.

Untuk menanggulangi/menghindari adanya dampak pola hidup masyarakat bagi anak-anak, maka sekitar tahun 2000 rombongan haji Amalillah membangun sebuah gedung Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) yang berfungsi sebagai sarana belajar agama bagi anak-anak di daerah tersebut. Selain atas prakarsa dan sumbangan dari rombongan haji Amalillah, dalam pembangunan gedung tersebut juga mendapatkan bantuan dari Walikota Surakarta Bp. Slamet Suryanto. Oleh karena masih terbatasnya sarana dan prasarana, maka kegiatan di TPA tersebut behenti.

Dengan semakin berkembang dan berubahnya pola kehidupan masyarakat setempat yang lebih baik, sekitar tahun 2005 mulai berpikir untuk meneruskan pembangunan gedung TPA tersebut menjadi sebuah Taman Kanak-kanak (TK) Islam Ar Ridho.
Pada tanggal 16 Juni 2006 tahap pertama pembangunan gedung TK tersebut diresmikan oleh Walikota Surakarta Bp. Ir. Joko Widodo. Dalam perkembangannya pada tanggal 30 Juli 2006 diresmikan sebuah lembaga pendidikan TK Ar Rodho oleh Prof. DR. HM. Amien Rais, MA, dengan jumlah siswa 69 yang terbagi menjadi 2 (dua) yaitu kelompok A dan Kelompok B. (data Terlampir). Oleh karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang belum memungkinkan untuk membeayai proses belajar siswa maka untuk operasional kegiatan belajar di TK Ar Ridho tersebut seluruhnya dibebankan kepada Yayasan Ar Ridho dan orang tua siswa tidak dibebani sepeser pun. Kegiatan tersebut sudah berjalan hingga sekarang dengan pengembangan-pengembangan dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran. Sedangkan kegiatan belajar mengajar dan data perkembangan peserta didik di PAUD dan TK Ar – Ridho kami sampaikan sebagai berikut :
Dengan semakin berkembangnya kegiatan-kegiatan yang ada, maka Pemerintah Kota Surakarta mempercayakan kepada kami untuk mendirikan PKBM dalam kurun waktu 2 tahun ini kami telah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berupa :

1.      PAUD

a.     Tempat Penitipan Anak
b.      Kelompok Bermain

c.   Taman Kanak-Kanak 
d.   Pendidikan Keaksaraan
e.   Pendidikan Kesetaraan Paket C
f.    Kursus dan Pelatihan
g.  Taman Bacaan Masyarakat 
h.   Pendidikan Pemberdayaan Perempuan dan Gender


2.      Kursus
Dalam hal ini, kami mengkhususkan memberikan pelatihan kepada mucikari, mantan PSK dan PSK yang masih berada di lokasi sekitar dengan tujuan untuk meningkatkan ketrampilan diri sehingga dapat segera kembali dalam kehidupan yang selayaknya sebagai warga biasa, Kursus antara lain :  Menjahit , Komputer, Jasa Boga, Tata Kecantikan Kulit


3.      Kejar Paket 
Dikarenakan banyaknya masyarakat dilingkungan sekitar PKBM Ar Ridho yang masih berumur produktif namun tidak dapat melanjutkan pendidikan formal dikarenakan tidak mampu dalam hal pembiayaan. Maka, PKBM Ar Ridho melaksanakan kegiatan Kejar Paket C tanpa pungutan biaya.


4. Jasa dan Usaha Kunir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar